Sabtu, 28 Juli 2012

Persipro: Berawal dari Merger, Berakhir dengan Krisis Keuangan

13432287831885277065 
    Logo Persipro   &   Persipro Bondowoso United

Persipro secara historis didirikan pada 11 Aprill 1954 di Probolinggo, Jawa Timur.  Pada musim 2011-2012, secara resmi Persipro Probolinggo Bergabung dengan Bondowoso United. Rencana Penggabungan ini akhirnya menghasilkan tim baru dengan nama Persipro Bondowoso United.

Merger dari dua klub asal Probolinggo dan Bondowoso ini didasari atas dua hal. Pertama, Kesulitan Keuangan karena larangan penggunaan APBD. Kedua, adanya tawaran dari pihak manajemen Bondowoso United untuk bergabung. Manajer Bondowoso United, Syaiful  Bahri Husni menjanjikan  adanya dana untuk menopang klub hasil merger. Pada 12 November 2011, MoU penggabungan klub ditandatangani.

Dalam perjalanannya,  Syaiful  Bahri Husni ternyata mengelola klub dengan tidak transparan. Masalah gaji pemain yang belum dibayar, uang muka kontrak sebesar 25 persen yang belum lunas hingga “habisnya” uang kompetisi Rp 500 juta dari PT LPIS sampai kini tidak bisa diselesaikan oleh Persipro karena Syaiful  Bahri Husni, yang juga anggota DPRD Bondowoso dari PKNU kini telah kabur melarikan diri.

Jadi masalahnya bukan terletak pada PSSI maupun PT LPIS. Namun pada manajer klub yang mengelola keuangan klub secara tidak profesional dan transparan.

13432289841380091060 
PERSIPRO 2011/2012 GRUP 3

Klub kecil seperti Persipro ini tidak bisa berkembang karena minimnya pemberitaan seputar perkembangan klub. Keberhasilan Persipro menahan PSIM dengan skor 0-0 pada pertandingan 18 Desember 2009 misalnya tidak mendapat pemberitaan yang cukup. Padahal pada pertandingan itu, persipro hanya bermain dengan 10 pemain.

Soal pemain asing di Persipro, keberadaan mereka sebenarnya baru muncul saat Persipro dimerger dengan Bondowoso United. Kebijakan ini diambil atas dorongan dari Syaiful  Bahri Husni  sebagai manajer Persipro Bondowoso United.

Yang patut disayangkan adalah, media massa ternyata hanya sibuk membahas 3 orang pemain asing Persipro yang “mengemis”. Padahal, dengan gaya pemberitaan semacam ini, Persipro dan 3 pemain asingnya, hingga saat ini sama sekali tidak mendapatkan bantuan finansial apapun.  Meskipun APPI secara cerdas ikut-ikutan memanfaatkan momen ini dengan menjual kaos “Deritamu, Deritaku”, hingga tulisan ini dibuat tidak ada kabar kelanjutannya. Padahal APPI menyatakan di situs resminya bahwa nantinya  hasil penjualan kaos ini diperuntukkan bagi pesepakbola yang membutuhkan.

Gaji Belum Dibayar, 7 Pemain Persipro Terlibat Keributan


Tujuh pemain Persipro Probolinggo, termasuk tiga pemain asingnya, terlibat keributan dengan Manajer Teknik Persipro di Kantor DPRD Kota Probolinggo, Jawa Timur, Jum'at (27/7). Ketujuh pemain Persipro tersebut menuntut gaji mereka segera dilunasi.
  
Ketegangan dan adu mulut terjadi ketika Manajer Teknik Persipro Haris Nasution didatangi tujuh pemain Persipro yang menanyakan gajinya yang belum terselesaikan.


Haris Nasution, yang juga anggota DPRD dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, saat itu sedang mengikuti sidang paripurna di Gedung DPRD. Saat itu, emosi Haris tersulut ketika salah seorang pemain, Dony Saferi, mendesak tuntutannya segera dipenuhi.

Adu mulut dan kericuhan pun tidak terhindar. Massa dari Manajemen Persipro menggiring ketujuh pemain keluar halaman Gedung DPRD. Polisi yang berada di Gedung DPRD pun segera mengamankan para pemain ke ruangan fraksi.

(metrotvnews.com)

Jumat, 27 Juli 2012

Tuntut Gaji, Pemain Persipro Malah Dikeroyok

Hendak menuntut gaji yang belum dibayar, mantan pemain Persipro Probolinggo justru diserang sejumlah orang yang diduga berasal dari manajemen klub asal Kota Anggur tersebut.

Kericuhan ini terjadi saat tujuh mantan pemain Persipro mendatangi kantor DPRD Kota Probolinggo, untuk mempertanyakan gaji mereka yang tertunggak,.

Sejumlah orang yang berasal dari manajemen Persipro terpancing emosinya, ketika beradu mulut dengan para mantan pemain sepakbola Persipro ini.

Salah satu mantan pemain Persipro, Doni Saferi, harus menjadi bulan-bulanan orang yang berusaha memukulnya. Namun, aksi kekerasan ini terhenti, ketika polisi dan Satpol PP yang mengamankan jalannya Sidang Paripurna segera mengevakuasi Doni Saferi.

Sebelumnya, para pemain Persipro ini hendak mengajukan proposal pengajuan penyelesaian honor kontrak satu musim putaran dalam divisi utama yang belum dibayar.

Namun kedatangan mereka dianggap menganggu jalannya siding. Para mantan pemain Persipro ini sebelumnya sudah mengajukan penyelesaian ini ke berbagai pihak, tapi menemui jalan buntu.

Tiga pemain asing diantaranya, Sylla Mba Mba, Salamon Begundo, dan Camara Abdul Aye sudah melayangkan surat PSSI, namun belum ada kejelasan.

Usai menjalani kompetisi Divisi Utama PSSI, para pemain Persipro hanya dibayar 15 persen saja. Meski kompetisi Divisi Utama sudah selesai, sisa honor mereka ternyata juga belum dibayar.

Manajemen Persipro berpendapat bahwa yang melakukan kontrak pemain asing tersebut adalah klub Bondowoso United ketika bermerger dengan persipro november 2011 lalu. Nilai kontrak masing masing pemain tersebut adalah untuk pemain asing kisaran 150 hingga 200 juta, sedangkan untuk pemain lokal berkisar 70 hingga 80 juta rupiah.

Kamis, 26 Juli 2012

Eks Pemain Probond-U Demo Malam Hari di DPRD

 Mantan pemain Persipro Bondowoso United (Probond-U) saat membeber poster berisi tuntutan mereka di DPRD

Tujuh mantan pemain Persipro Bondowoso United (Probond-U) untuk kedua kalinya  mendatangi gedung DPRD setempat, Kamis (26/7/2012) pukul 20.00 wib. Kini tiga pemain asing dan empat pemain lokal dari berbagai kota di Indonesia, datang dengan membeber poster di pintu gerbang bagian utara.

Aksi unjuk rasa malam itu dilakukan karena siang harinya mereka mencoba mengadu ke DPRD tapi tidak ada anggota dewan yang menemui.  Tujuh pemain Probond-U itu menuntut sisa uang kontraknya yang belum dibayar.

Saat ketujuh mantan pemain itu memasuki halaman gedung DPRD tidak ada halangan karena tidak ada petugas keamanan. Namun memasuki lobi DPRD, mereka dicegat anggota Polres Probolinggo Kota, berpakaian preman. Lantaran datang tanpa pemberitahuan.

Petugas kepolisian melarang tujuh pemain Probond-U mendekati pintu masuk utama karena sedang ada rapat paripurna Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan (LPP) APBD 2011.

Larangan itu dipatuhi eks pemain Probond-U. Salah seorang pemain asing Syla Mbamba mengatakan mereka tidak berniat membuat keonaran, tetapi ingin mengadukan nasib.

“Karena tadi siang kami tidak ditemui DPRD, maka malam ini kami kembali kesini. Kami akan menunggu sampai rapat usai, jam berapa pun,” kata Sylla Mbamba.

Tak berapa lama, Direktur Teknis Probond-U yang juga anggota DPRD Probolinggo Abdul Haris Nasution menemui mereka untuk berdialog di ruang Fraksi PDIP.

Sayangnya, hingga pertemuan usai tidak terungkap solusi dari masalah tersebut. Mantan pemain Probond-U langsung pulang diantar kendaraan dinas DPRD. Begitu juga dengan Nasution menghindar dari kejaran wartawan.


(surabaya.tribunnews.com)

Sabtu, 21 Juli 2012

Skuad Persipro Kembali Tagih Janji

Tak kunjung dilunasinya hak sebagai pemain sepakbola profesional, tiga punggawa asing Persipro Probolinggo-Bondowoso United (Probond-U), kembali mendatangi kantor DPRD Kota Probolinggo. Tiga pemain asing tersebut adalah Sylla Mbamba asal Mali, Salomon Begondo (Kamerun) dan Camara Abdoulaye Sekau (Guenea).

Dalam ‘kunjungan’ kali ini mereka tak hanya bertiga, namun juga didukung empat pemain lokal seperti Eko Prasetyo, Suprapto, Choirul Huda dan Doni Saveri. Mereka menuntut pelunasan gaji mereka, selama membela Probond-U berlaga di ajang Divisi Utama PT LPIS (Liga Prima Indonesia Sportindo).


“Terus terang, kedatangan kami hanya menuntut agar gaji kami dibayar. Dari awal semua pemain Probond-U tidak pernah menerima gaji, kecuali uang muka kontrak,” ujar Choirul Huda di hadapan para wartawan.

Ini adalah bukan aksi pertama yang dilakukan punggawa Probond-U, dalam mendapatkan hak mereka sebagai pemain sepakbola profesional. Sebelum aksi ini dilakukan, ketiga legiun asing Probond-U asal Afrika tersebut juga sudah mendatangi kantor walikota Probolinggo dan sempat ditemui walikota HM Buchori.

Sylla Mbamba, Salomon Begondo dan Camara Abdoulaye Sekau, juga tak segan mengemis di jalanan Kota Probolinggo, untuk sekedar memenuhi kebutuhan keluarga dalam menyambung kehidupannya di Indonesia.

Padahal, Choirul Huda bersama rekan-rekannya tersebut awalnya enggan menagih gaji yang belum dibayar hingga musim kompetisi di Indonesia Primer League (IPL) berakhir.

“Sisi lain keluarga mendesak agar kami menagih gaji kami. Kami semakin semangat, setelah tiga pemain asing dari Afrika juga berusaha menuntut haknya. Kami sempat melihat tayangan di TV, juga baca koran, tiga pemain asing mengadu ke walikota,” ujar Choirul Huda.

Hal senada juga diungkapkan Doni Saveri. Karena gaji tidak dibayar, Doni mengaku, lebih dulu hengkang dari Probond-U sebelum musim kompetisi berakhir.

“Tolong gaji kami dibayar, karena kami hanya bisa menggantungkan hidup dari sepakbola,” jelasnya.

Doni mengakui, kontrak pemain lokal memang lebih rendah dibandingkan dengan para pemain asing. Pemain asing dikontrak sekitar Rp200 juta, sementara pemain lokal berada dalam kisaran Rp50 sampai 70 juta.

“Tidak hanya tiga pemain asing kami yang tidak dibayar gajinya. Sebanyak 21 pemain lokal gajinya juga tidak dibayar, kalau ditotal sekitar Rp1,4 miliar,” papar Doni.

Ia menjelaskan, jika rata-rata pemain hanya dibayar sebesar 15 persen dari kontrak. Sehingga masih ada tanggungan bagi jajaran manajemen Probond-U sebesar Rp1,2 miliar, kepada para pemainnya.

Unek-unek ketujuh pemain Probond-U itu juga diluapkan pada sejumlah poster yang mereka bawa, saat ngeluruk ke DPRD. Di antaranya berbunyi, “Persipro Harus Tuntut Bondowoso United, Jangan Jadikan Kami sebagai Korban”, ada pula poster yang bertuliskan “PT Persipro Harus Bayar Gaji Kami”, maupun “Tidak Bayar Gaji = Mencoreng dan Memalukan Kota Probolinggo”.

Tak hanya itu, mereka juga membawa poster yang bertuliskan “Walikota Harus Tanggung Jawab, Mana Tanggung Jawab Bapak sebagai Komisaris”, serta poster bertuliskan “Anggota DPRD adalah Wakil Rakyat, Bantu dan Perjuangkan Hak Kami”.

Dalam aksinya kali ini, para pemain Probond-U diterima oleh Ketua DPRD Kota Probolinggo Sulaiman, Wakil Ketua DPRD Dwi Laksmi Shynta Kusumawardani dan Sekretaris Komisi A Agus Riyanto. Menanggapi tuntutan tersebut Sulaiman mengaku, akan mempelajari perjanjian kerjasama antara Persipro Probolinggo dengan Bondowoso United.

“Yang penting tahu dulu, seperti apa MoU tersebut, setelah itu baru kami akan bersikap,” ujar Sulaiman.

Sulaiman juga berjanji akan menemui walikota HM Buchori, untuk membicarakan nasib para pemain Probond-U yang telantar, karena haknya belum diberikan tersebut. “DPRD juga akan membahas masalah ini di rapat internal DPRD,” pungkasnya. 


(goal.com) 

Minggu, 15 Juli 2012

Wanprestasi, Wali Kota Probolinggo Gugat Bondowoso United

 Wali Kota HM Buchori menyatakan ketiga pemain asing yang protes kepada dirinya karena kontraknya tak dibayar, salah alamat. (kompas,com)

Perselisihan antara Persipro Kota Probolinggo dengan Bondowoso United terus berlanjut. Komisaris Persipro sekaligus Wali Kota Probolinggo HM Buchori, mempersilakan tiga pemain asing yang tidak menerima gaji dari kontraknya, untuk protes dan menuntut Bondowoso United. Sebab, Bondowoso United-lah yang mengontrak ketiga pemain tersebut.

Bila ketiga pemain asing itu dan Bondowoso United melakukan gugatan ke dirinya, Buchori juga akan menggugat balik. Pasalnya, kata Buchori, pihak Bondowoso United yang bergabung dengan Persipro dengan nama Persipro Bondowoso United, telah melakukan wanprestasi atau mengingkari perjanjian kerja sama. Buktinya antara lain adalah tidak diberikannya kontrak gaji bagi ketiga pemain asing dan biaya operasional untuk mengikuti pertandingan. Malah, kata dia, untuk gaji pemain asing dan uang oeprasional, diambil dari dana pribadi HM Buchori dan pengurus Persipro.

"Saya tak pernah dilibatkan dalam kontrak tiga pemain asing tersebut. Saya dari dulu sudah bilang, lebih suka pemain dalam negeri dan membina pemain amatir. Sudah sekitar setengah miliar uang pribadi yang kami keluarkan untuk biaya operasional Persipro Bondowoso United dalam melakoni pertandingan ke luar kota, seperti biaya pesawat, akomodasi, dan lain-lain," jelas Buchori, Sabtu (14/7/2012).

Ketiga pemain asing Sylla Mbaba asal Mali, Salomon Begondo asal Kamerun, dan Camara Abdoulaye dari Geunea, hidupnya telantar. Mereka sempat mengemis di jalanan untuk biaya hidup dan bayar kos-kosan. Akibat ketidakberesan Bondowoso United, Persipro terancam ke luar dari Divisi Utama Liga Prima Indonesia dan denda Rp 1 miliar. "Eman-eman kalau Persipro keluar. Eman-eman juga bila benar-benar didenda Rp 1 miliar, uang itu kan bisa diberikan ke rakyat," imbuh Buchori. (bola.kompas.com)


Sabtu, 07 Juli 2012

Belum Digaji, Pemain Asing Persipro Ngemis di Lampu Merah

 Pemain Asing Persipro Ngemis di Lampu Merah

Tragis benar melihat kondisi beberapa pemain asing ini, Siapa bilang pesepak bola memiliki kehidupan yang mewah. Buktinya saja di tanah air Indonesia, ada tiga pemain yang harus menyambung hidup dengan meminta bantuan orang lain, ini sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu yang mana pemain sepak bola Indonesia sudah semakin memperhatinkan sekali bukan halnya pemain asing saja pemain indonesia pun sama nasibnya.

Sekarang ini pemain asing di klub Divisi Utama IPL, Persipro Probolinggo, yakni Sylla Mbamba, Salomon Begondo, dan Camara Abdoulaye Sekau contohnya. Mereka harus mengemis demi melanjutkan hidupnya. Ketiga pemain asing ini mengaku belum mendapatkan gaji. Mereka hanya menerima 15 persen dari nilai kontrak.

Nahas memang jika melihat apa yang dilakukan ketiga pemain asal Afrika yang merantau ke Indonesia ini. Menyambung hidup sulit, ingin pulang ke negeri asal pun tak bisa lantaran tak memiliki uang.

Mereka memilih untuk meminta-minta di jalanan di kota Probolinggo. Tak lagi malu, mereka membawa kardus bertuliskan “Tolong Koin Untuk Pemain Asing Persipro” untuk meminta belas kasih dari warga Probolinggo yang mereka datangi.

Hingga saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak klub terhadap nasib ketiga pemainnya itu. Selain ketiga pemain ini, keluarga mereka di Probolinggo, yakni anak dan istri mereka jelas menderita hidup seperti ini.

(pangkalanunik.com)

Pemain Persipro Ngemis di Jalan, Tukang Becak Ikut Nyumbang

 Pemain Persipro Ngemis di Jalan

Sudah hampir tiga bulan tiga pemain asing Persipro menempati rumah kontrakan di Jl Cempaka, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo. Mereka terpaksa hengkang dari mess Persipro, yang berada di Jalan KH Mansur, lantaran masa kontraknya dengan Persipro sudah habis.

Sejak saat itu, seluruh kebutuhan, termasuk biaya makan, tempat tinggal, bahkan biaya kesehatan, mereka tanggung sendiri. Sebenarnya hidup dikontrakan tanpa aktivitas, ketiganya mengaku tidak betah. Namun apa boleh buat, keinginan pulang ke negara asalnya di Afrika tidak akan pernah kesampaian. Sebab hingga kini sisa 85 persen dari nilai kontrak, belum terbayar.

Dan yang lebih menyakitkan tidak ada kejelasan dari menejemen Persipro, kapan sisa kekurangan tersebut hendak dilunasi. Sampai akhirnya, mereka kekurangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dengan terpaksa, Kamis (5/7/2012) kemarin mereka meminta sumbangan atau mengemis ke pengguna jalan raya Panglima Sudirman, di pertigaan Makodim 0820 Probolinggo.

Aksi ketiga pemain asing itu menjadi perhatian warga dan pengguna jalan. Tidak sedikit pengguna jalan yang simpati pada pemain asal Afrika tersebut. Pengguna jalan dan pengendara yang tahu dan kenal pada pemain persipro berkulit hitam ini, amat menyayangkan ketiganya mengemis atau meminta-minta di jalan raya. Saking simpatinya, sampai-sampai pengendara sepeda angin dan penarik becak ikut merogoh kantongnya, sekedar menaruh uang ribuannya ke kotak yang dibawa tiga pemain asing itu.

(tribunnews.com)