Tanpa subsidi dana dari APBD dan tiadanya sokongan investor,
Persatuan Sepakbola Kota Probolinggo (Persipro) bakal turun kasta, dari
Divisi Utama ke liga amatir. Managemen tim berjuluk Laskar Minak Jinggo
(Lasminggo) memilih berlaga di Divisi I pada musim kompetisi tahun
depan.
”Keputusan kami sudah final, Persipro tidak lagi
berlaga di Divisi Utama. Alasannya, tidak ada dana untuk membiayai
kompetisi,” ujar Manager Persipro, HM. Buchori, Senin (8/10) pagi tadi.
Seperti
diketahui, sesuai Permendagri 10/2011, pemerintah tidak membolehkan
APBD tahun 2012 untuk mendanai klub sepakbola profesional. Sebelumnya,
pada 2010 dan 2011, Persipro masih diperbolehkan “menyusu” pada APBD
sebesar sekitar Rp 3 miliar/tahun.
Dan sejak 2012, larangan
APBD untuk klub profesional berlaku. Persipro pun kelimpungan mencari
dana pengganti untuk mendanai laga di Divisi Utama itu.
Ketika
Persipro berharap munculnya investor, tiba-tiba datang Syaiful Bahri
Husni, Manager Bondowoso United yang mengajak Persipro bergabung,
sekaligus menjanjikan pendanaan. Ternyata Syaiful ingkar janji. Hingga
kompetisi berakhir, pemain dan pelatih hanya mendapatkan 15-20% dari
nilai kontrak yang disepakati.
HM Buchori yang tidak tahu soal
kontrak pemain asing pun, akhirnya dikejar-kejar sejumlah pemain asing
dari Afrika. “Saya kapok kerjasama dengan Pak Syaiful,”ujar nya
Ketika
Syaiful ‘lempar handuk’, managemen Persipro di Kota Probolinggo pun
pontang-panting harus mencari dana. Soalnya, jika Persipro berhenti di
tengah jalan, denda Rp 1 miliar bakal diterimanya. Persipro akhirnya
mengakhiri kompetisi dengan puas di peringkat lima Grup III Indonesia
Primier Legau (IPL).
Disinggung kemungkinan ada perusahaan
yang siap menjadi sponsor bagi Persipro sehingga mampu berlaga di Divisi
Utama, pria yang juga Walikota Probolinggo itu mengaku, tidak mau
berandai-andai. “Yang jelas kalau perusahaan di Probolinggo mana ada
yang mau jadi sponsor bola. Soalnya untuk bola itu perlu biaya besar,”
ujar HM. Buchori.
Sementara itu Direktur Teknik Persipro,
Haris Nasution mengatakan, siap jika Persipro turun kasta. Turunnya
Persipro ke ajang liga amatir itu akan disampaikan ke PSSI. “Jika PSSI
tidak bisa menerima alasan itu, Persipro akan mendapatkan hukuman.
Hukumannya tidak hanya turun satu trap, tetapi bahkan 2 trap. Itu
artinya Persipro hanya bisa berlaga di Divisi II,” ujarnya.
Namun
Wakil Ketua Pengcab PSSI Kota Probolinggo itu berharap, Persipro masih
bisa berlaga di Divisi I. “Semoga Persipro tidak melorot terlalu tajam,
sehingga masih bisa main di Divisi I,” ujarnya.
Nasution
menambahkan, soal anjloknya kasta Persipro, bakal dibicarakan dengan
jajaran managemen Persipro lainnya. Persipro juga bakal mengundang
sejumlah pemain yang masih loyal, perwakilan suporter, pelatih, dan
pihak lain yang berkepentingan dengan masa depan persepakbolahan di Kota
Probolinggo.
Pembicaraan dengan semua pemangku kepntingan
(stakeholder) Persipro itu bakal digelar sebelum jadwal resmi kompetisi
musim depan diumumkan PSSI. “Kami pun yang di daerah juga masih menunggu
terkait kisruh di internal PSSI,” ujar Nasution.
Ditanya
kemungkinan ada donatur yang siap mendanai Persipro, Nasution juga
mengaku, trauma. “Saya tidak ingin spekulasi lagi. Tahun ini kami sudah
kapok, ternyata donatur (Syaiful Bahri, Red.) ingkar janji,”