Tak kunjung dilunasinya hak sebagai pemain
sepakbola profesional, tiga punggawa asing Persipro
Probolinggo-Bondowoso United (Probond-U), kembali mendatangi kantor DPRD
Kota Probolinggo. Tiga pemain asing tersebut adalah Sylla Mbamba asal
Mali, Salomon Begondo (Kamerun) dan Camara Abdoulaye Sekau (Guenea).
Dalam
‘kunjungan’ kali ini mereka tak hanya bertiga, namun juga didukung
empat pemain lokal seperti Eko Prasetyo, Suprapto, Choirul Huda dan Doni
Saveri. Mereka menuntut pelunasan gaji mereka, selama membela Probond-U
berlaga di ajang Divisi Utama PT LPIS (Liga Prima Indonesia Sportindo).
“Terus terang, kedatangan kami hanya menuntut
agar gaji kami dibayar. Dari awal semua pemain Probond-U tidak pernah
menerima gaji, kecuali uang muka kontrak,” ujar Choirul Huda di hadapan
para wartawan.
Ini adalah bukan aksi pertama yang dilakukan
punggawa Probond-U, dalam mendapatkan hak mereka sebagai pemain
sepakbola profesional. Sebelum aksi ini dilakukan, ketiga legiun asing
Probond-U asal Afrika tersebut juga sudah mendatangi kantor walikota
Probolinggo dan sempat ditemui walikota HM Buchori.
Sylla Mbamba,
Salomon Begondo dan Camara Abdoulaye Sekau, juga tak segan mengemis di
jalanan Kota Probolinggo, untuk sekedar memenuhi kebutuhan keluarga
dalam menyambung kehidupannya di Indonesia.
Padahal, Choirul Huda
bersama rekan-rekannya tersebut awalnya enggan menagih gaji yang belum
dibayar hingga musim kompetisi di Indonesia Primer League (IPL)
berakhir.
“Sisi lain keluarga mendesak agar kami menagih gaji
kami. Kami semakin semangat, setelah tiga pemain asing dari Afrika juga
berusaha menuntut haknya. Kami sempat melihat tayangan di TV, juga baca
koran, tiga pemain asing mengadu ke walikota,” ujar Choirul Huda.
Hal
senada juga diungkapkan Doni Saveri. Karena gaji tidak dibayar, Doni
mengaku, lebih dulu hengkang dari Probond-U sebelum musim kompetisi
berakhir.
“Tolong gaji kami dibayar, karena kami hanya bisa menggantungkan hidup dari sepakbola,” jelasnya.
Doni
mengakui, kontrak pemain lokal memang lebih rendah dibandingkan dengan
para pemain asing. Pemain asing dikontrak sekitar Rp200 juta, sementara
pemain lokal berada dalam kisaran Rp50 sampai 70 juta.
“Tidak
hanya tiga pemain asing kami yang tidak dibayar gajinya. Sebanyak 21
pemain lokal gajinya juga tidak dibayar, kalau ditotal sekitar Rp1,4
miliar,” papar Doni.
Ia menjelaskan, jika rata-rata pemain hanya
dibayar sebesar 15 persen dari kontrak. Sehingga masih ada tanggungan
bagi jajaran manajemen Probond-U sebesar Rp1,2 miliar, kepada para
pemainnya.
Unek-unek ketujuh pemain Probond-U itu juga diluapkan
pada sejumlah poster yang mereka bawa, saat ngeluruk ke DPRD. Di
antaranya berbunyi, “Persipro Harus Tuntut Bondowoso United, Jangan
Jadikan Kami sebagai Korban”, ada pula poster yang bertuliskan “PT
Persipro Harus Bayar Gaji Kami”, maupun “Tidak Bayar Gaji = Mencoreng
dan Memalukan Kota Probolinggo”.
Tak hanya itu, mereka juga
membawa poster yang bertuliskan “Walikota Harus Tanggung Jawab, Mana
Tanggung Jawab Bapak sebagai Komisaris”, serta poster bertuliskan
“Anggota DPRD adalah Wakil Rakyat, Bantu dan Perjuangkan Hak Kami”.
Dalam
aksinya kali ini, para pemain Probond-U diterima oleh Ketua DPRD Kota
Probolinggo Sulaiman, Wakil Ketua DPRD Dwi Laksmi Shynta Kusumawardani
dan Sekretaris Komisi A Agus Riyanto. Menanggapi tuntutan tersebut
Sulaiman mengaku, akan mempelajari perjanjian kerjasama antara Persipro
Probolinggo dengan Bondowoso United.
“Yang penting tahu dulu, seperti apa MoU tersebut, setelah itu baru kami akan bersikap,” ujar Sulaiman.
Sulaiman
juga berjanji akan menemui walikota HM Buchori, untuk membicarakan
nasib para pemain Probond-U yang telantar, karena haknya belum diberikan
tersebut. “DPRD juga akan membahas masalah ini di rapat internal DPRD,”
pungkasnya.
(goal.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar